Sukses

3 Jejak Dinasti Terakhir China di Cirebon Nyaris Tinggal Nama

Meski sudah dinyatakan situs purbakala berharga, tidak ada anggaran perawatan untuk ketiga batu tulis asal China itu.

Liputan6.com, Cirebon - Beragam peninggalan bersejarah yang ada di Cirebon, Jawa Barat, banyak ditemukan. Namun, tidak semuanya bernasib baik. Satu di antaranya Situs Batu Tulis China yang terletak di Desa Ciawi Japura, Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten Cirebon.

Di desa tersebut terdapat tiga batu tulis berukuran besar saling berjejer. "Situs ini sudah mendapat pengakuan dari Badan Purbakala Serang, Banten," ucap pemelihara Situs Batu Tulis China di Desa Ciawi Japura, Saefudin, Sabtu (24/9/2016).

Dia menjelaskan, situs tersebut ini sudah ada sejak 1848 atau pada masa Dinasti Qing serta pemerintahan ke-28 yang dipimpin oleh Dao Guang. Ketiga batu tulis tersebut memiliki petunjuk yang berbeda.

Untuk batu tulis yang pertama terbuat dari batu andesit berukuran 3,2 meter lebih. Batu tulis yang pertama ini menunjukkan bahwa di Gunung Singkil terdapat dua makam suami istri dari warga Tionghoa yang memiliki marga Lin.

Sementara, batu tulis kedua menunjukkan salah satu nama Dewa Hou Fu atau Dewa Bumi. Sedangkan, batu tulis ketiga menunjukkan nama seseorang, yakni Xii Shi Zu. "Yang sangat disayangkan situs ini belum mendapat perhatian dari pemerintah baik di daerah maupun pemerintah setempat," tutur Saefudin.

Situs Batu Tulis China di Desa Ciawi Japura, Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Dia mengaku, hingga saat ini tidak ada anggaran pemeliharaan Situs Batu Tulis China. Padahal, lanjut dia, keberadaan situs atau peninggalan sejarah ini merupakan salah satu dari sumber kearifan lokal yang ada di Cirebon.

"Semakin banyak orang tahu maka semakin banyak pula orang berkunjung khususnya keluarga di situs ini. Patut dijadikan kebanggaan juga," ujar dia.

  Situs Batu Tulis China di Desa Ciawi Japura, Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. (Liputan6.com/Panji Prayitno)

Sejauh ini, Saefudin menambahkan, pengelola mengandalkan dana swadaya masyarakat maupun donatur yang peduli terhadap peninggalan bersejarah tersebut. Dia mengaku sudah berupaya memberitahu dan mengajukan anggaran pemeliharaan situs kepada pemerintah, tapi belum ada respons.

"Kalau ada yang berkunjung kami mintai sumbangan seadanya untuk membantu biaya pemeliharaan situs," pemelihara Situs Batu Tulis China itu memungkasi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini