Sukses

Mati Satu Lahan Tumbuh Seribu Jelutung

Tanaman Jelutung menjadi harapan baru korban kebakaran hutan dan lahan.

Liputan6.com, Palembang - Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), provinsi Sumatera Selatan (Sumsel), merupakan salah satu daerah yang mengalami Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) parah pada 2015.

Tak hanya lahan perusahaan yang terbakar, lahan warga pun ikut terbakar dan menyumbangkan kabut asap yang pekat dan menyelimuti kawasan ini. Salah satunya di Desa Menang Raya, Kecamatan Pedamaran, Kabupaten OKI, Sumsel.

Salah satu lahan yang terbakar di tahun 2015 adalah lahan gambut seluas 30 hektare di Dusun Damar Sari, Desa Menang Raya, Kabupaten OKI, Sumsel. Selama tiga bulan, lahan gambut milik warga ini menyumbangkan asap dari kebakaran yang terjadi pada bulan September hingga November 2015.

Tak ayal, sebanyak 163 Kepala Keluarga (KK) di Dusun Damar Sari terpaksa menghirup pekatnya asap dari hasil kebakaran lahan tersebut. Setelah tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan para warga berjibaku memadamkan kebakaran, lahan gambut warga pun akhirnya bisa terbebas dari kobaran api dan kepulan asap yang sangat mengganggu kesehatan warga.

Letak lahan gambut yang terbakar tersebut persis berada di belakang kediaman Didi Khairul Anam (34), salah satu pemilik lahan sekaligus Kepala Dusun Damar Sari, Desa Menang Raya, Kabupaten OKI, Sumsel. Pasca-kebakaran, Didi dan puluhan para warga pemilik lahan seakan putus asa dengan kondisi lahan akibat kebakaran hutan dan lahan tersebut.

"Lahan gambut ini sudah kering, karena kita sudah membuat kanal di sepanjang pinggiran gambut. Biasanya pada bulan Oktober hingga Febuari, kita sudah memanen padi, tapi karena lahannya terbakar, pendapatan kita menurun drastis karena semua tanaman padi hangus terbakar di lahan ini. Kita juga bingung mau memulai menanam apa lagi di lahan bekas kebakaran ini,” ujar Didi Khairul Anam, kepada Liputan6.com, Jumat (23/9/2016).

Sampai akhirnya, tim Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Serikat Hijau Indonesia memberikan bantuan berupa 1.000 bibit tanaman jelutung untuk ditanam di 30 hektare lahan yang terbakar. Lahan karhutla ini pun menjadi proyek percontohan Tanaman Jelutung yang bisa hidup dan bertahan di kondisi tanah bekas kebakaran.

Bantuan yang diberikan pada Juni 2016 lalu membawa harapan baru bagi para warga. Pasalnya, tanaman yang dapat menghasilkan getah karet ini bisa memberikan penghasilan yng menguntungkan setiap harinya.

Meskipun getahnya baru bisa dipanen setelah 7 tahun penanaman, namun para warga tetap semangat kembali untuk bercocok tanam. Terlebih, tanaman ini bisa disandingkan dengan beragam jenis tanaman lainnya.

"Kita senang, lahan bekas kebakaran ini menjadi pilot project tanaman jelutung. Memang panennya lama, tapi ada harapan baru bagi kami pemilik lahan untuk kembali bercocok tanam pasca kebakaran," kata Didi.

Untung dari Jelutung

Menurut Koordinator Lapangan LSM SHI, Syarifuddin Gusar, pohon jelutung merupakan tanaman yang dapat bertahan di bekas lahan terbakar dan sangat bernilai ekonomis dan bermanfaat dalam jangka panjang.

"Kita ingin membantu warga yang mengalami kerugian akibat kebakaran lahan yang parah di tahun 2015 lalu. Tanaman Jelutung menjadi pilot project kami dalam menghijaukan lahan gambut dan mengembalikan semangat para warga untuk bercocok tanam," kata dia.

Tanaman Jelutung menjadi harapan baru pemulihan lahan bekas kebakaran (Liputan6.com / Nefri Inge)

Tumbuhan Jelutung bisa netral ditanami di lahan kebakaran. Jika sudah panen nanti, satu batang pohon jelutung bisa menghasilkan 1 Kilogram getah setiap harinya. Harga jualnya juga sekitar Rp 30.000 – Rp 35.000 per Kilogram.

Momon Sodik Imanuddin, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya (Unsri) mengatakan tanaman jelutung bisa dimanfaatkan dalam sistem Agroforestry di lahan bekas kebakaran.

"Nilai ekonomisnya bisa berjalan dengan sistem Agroforestry seperti ini. Apalagi untuk tanaman jelutung bisa hidup di pH tinggi pasca kebakaran. Selain bisa menanam Jelutung, warga juga bisa menanam tumbuhan lainnya, seperti buah nanas dan lainnya," katanya.

Aksi BNPB

Harapan baru warga Kabupaten OKI Sumsel akan kelanjutan pemanfaatan lahannya juga seiring dengan kesiapan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dalam mencegah kembali terjadinya kebakaran hutan dan lahan di Sumsel.

Deputi Bidang Rehabilitas dan Rekontruksi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Hermansyah Dipi mengatakan kerjasama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumsel diharapkan bisa mencegah terjadi karhutla seperti tahun kemarin.

“Sudah ada sekitar 227 posko di lapangan dengan personel dan peralatan yang lengkap di Sumsel. Jangan biarkan ada lagi api, jika pun ada kebakaran, misi pemadaman api harus jadi yng awal. Tapi prioritas kita, lebih baik mencegah daripada memadamkan,” ujarnya.

Untuk saat ini, Sumsel masih dalam status siaga, sehingga BNPB masih harus berjaga-jaga. BNPB tidak hanya menyiapkan Satuan Petugas (Satgas) darat saja, tapi juga akan mengerahkan operasional helikopter, terlebih untuk daerah yang tak terjangkau.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.