Sukses

Top 3: Asuh Adik Tanpa Orangtua, Bocah Arya Tetap Berprestasi

Nyoman Arya ternyata salah satu siswa berprestasi. Ia masuk peringkat kedua di kelasnya.‎

Liputan6.com, Jakarta Miris. Di usianya yang masih belia, Nyoman Arya (14), harus menjadi pengganti orangtua bagi kedua adiknya yang masih kecil-kecil. Ketiganya tinggal di Bukit Puncak Sari, Dusun Darmaji, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali.

Arya yang kini masih duduk di kelas 2 SMP harus melakukan pekerjaan layaknya seorang ibu rumah tangga. Dia memasak, menyiapkan makanan, dan menjaga kedua adiknya, yaitu Ketut Sana (12) dan Wayan Sudirta yang baru berusia 4,5 tahun.

Arya juga bekerja sebagai pemanjat pohon kelapa dengan upah yang sangat sedikit. Setiap satu batang pohon kelapa yang dipanjatnya, Arya hanya mendapat upah Rp 5 ribu.

Meski hidup dengan keterbatasan dan jauh dari kasih sayang kedua orangtuanya, Arya tak pernah mengeluh. Hal itu dibuktikannya dengan menjadi salah satu siswa berprestasi di kelasnya.

Bagi bocah Bali tersebut, ia akan berjuang meraih cita-citanya menjadi polisi untuk membahagiakan kedua adiknya.

Hingga malam ini, Kamis (8/9/2016), kisah Arya bocah yatim asal Bali paling banyak menyita perhatian pembaca Liputan6.com di kanal Regional.

Berita lainnya yang tak kalah populer adalah lomba tangkap buaya di Kupang yang terkenal hingga ke Prancis dan penculikan Mahasiswi Fakultas Kedokteran Umum Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang diduga berkaitan dengan kasus tabrakan.

Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional:

1. Arya Bocah Yatim Bali, Asuh Adik Tetap Berprestasi

Bocah Arya dan adik-adiknya hidup tanpa orang tua (Liputan6.com / Dewi Divianta)

Menurut pengakuan Arya dan salah satu kerabat jauhnya, ia masuk peringkat kedua di kelasnya.‎

"Saya di sekolah dapat peringkat dua," ucap bocah Arya saat ditemui Liputan6.com di kediamannya, Bukit Puncak Sari, Dusun Darmaji, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Kabupaten Karangasem, Bali, Kamis (8/9/2016).

Tiap pagi Arya selalu bergegas berangkat ke sekolahnya yang berjarak sekitar dua kilometer. Tak ada yang mengantarnya. Tiap hari pula, saban pulang dan pergi Arya menggendong adik bungsunya, Wayan Sudirta.

Menurut Arya, gurunya mengizinkan ia mengajak serta adiknya masuk ke dalam kelas. Sebab, gurunya memaklumi jika Sudirta tak ada yang menjaga jika ditinggal di rumah.

Ayah Arya telah meninggal dunia lima tahun lalu lantaran menderita sesak napas. Sementara ibunya baru saja menikah dua bulan lalu.

Selengkapnya... 

2. Lomba Tangkap Buaya di Kupang Heboh Sampai Prancis

(Ola Keda/Liputan6.com)

Lomba tangkap buaya yang digelar di Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) memang unik. Buktinya acara yang digagas oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) NTT ini menarik perhatian warga dunia, seperti Australia dan Prancis.

"Lomba tangkap buaya ini memang unik, begitu diumumkan beberapa pekan lalu saya mendapat telepon dari wartawan radio Australia dan Prancis, mereka tertarik dengan lomba ini," kata Kepala Dinas Pariwisata Ekonomi Kreatif (Parekraf) Provinsi NTT Marius Ardu Jelamu kepada Liputan6.com di kantornya, Kupang, NTT, Rabu, 7 September 2016.

Lomba ini digelar karena banyak buaya berkeliaran di sekitar lokasi objek wisata pantai. Satwa liar itu dinilai sangat mengganggu dan meresahkan para wisatawan yang berkunjung maupun nelayan setempat.

Selengkapnya...

3. Penculikan Mahasiswi Unsoed Berkaitan dengan Kasus Tabrakan?

Setelah para pelaku dugaan penculikan berhasil naik ke dalam mobil, sang pembantu diminta keluar.

Petugas Satuan Reserse Kriminal Polres Banyumas, Jawa Tengah, menyelidiki kasus penculikan seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Sofia Nur Atalina.

Berdasarkan keterangan saksi dan olah tempat kejadian perkara, kata dia, tindakan pelaku yang membawa kabur mahasiswi semester V itu dapat disimpulkan sebagai penculikan.

Namun, dia belum bisa mengonfirmasi kebenaran pesan berantai yang tersebar di media sosial tentang penculikan tersebut.

Dalam pesan BC disebutkan Sofia telah dapat dihubungi oleh orangtuanya. Setelah diusut, mahasiswi asal Cilacap itu pernah menabrak seseorang dan diminta memberi ganti rugi Rp 60 juta. 

Selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.