Sukses

Rahasia Banten Bertani Bebas Hama Tanpa Kimia

Kearifan lokal Banten bertani sesuai ajaran leluhur.

Liputan6.com, Banten Kidul - Warga Desa Kasepuhan di Banten Kidul memiliki cara tersendiri bagaimana bercocok tanam agar tak diganggu oleh hama tanpa bantuan dari bahan kimia. Mereka mengandalkan rasi bintang dan perhitungan rumit yang telah diajarkan sejak ratusan tahun silam dari para leluhur.

"Pas Kidang eta, pas beukah (Bertepatan dengan rasi bintang Kidang atau Orion, tanaman mekar). Jadi patokanana eta (Jadi patokannya itu). Karena hama itu turun pas padi merekah. Itu dihitung, pas hama masih di atas, padi itu harus udah beukah (mekar)," kata Olot Amir, salas satu sesepuh di Kasepuhan Banten Kidul yang rumahnya berada di Desa Cilompang, Kecamatan Pasir Eurih, Kabupaten Lebak, Banten, yang ditemui pada Rabu, 8 September 2016.

"Jadi ti olot patokana kitu (Jadi dari para leluhur seperti itu patokannya). Setiap tahun mundurna 10 poe (mundur 10 hari). Itu untuk menghindari hama turun."

Di desa di pegunungan Halimun-Salak yang harus ditempuh selama lima jam perjalanan dari Kota Serang, mereka berusaha melestarikan dan menjaga keseimbangan alam agar tak rusak. Salah satunya, warga berpantang untuk membunuh hama binatang yang memakan tanaman padi.

"Hama mah nteu aya dibunuh (hama enggak ada yang dibunuh), hama geh (juga) punya hak hirup (hidup). Mun hiji dibunuh nteu meunang (kalaupun satu dibunub enggak boleh), sami-sami (sama-sama) makhluk Allah. Orang mah bisa bertambah, tapi lahan mah sakieu-kieu bae (begini-begini saja). Mangkana kumaha biar sama-sama sejahtera (Makanya bagaimana biar sama-sama sejahtera), panen berlimpah," ia menerangkan.

Olot Amir berkisah bahwa dalam satu tahun masyarakat Kasepuhan Banten Kidul bercocok tanam padi sebanyak dua kali. Satu kali menanam padi besar dan satu kali menanam padi kecil.

Padi besar disimpan ke dalam lumbung untuk cadangan makanan. Sedangkan padi kecil bisa dimakan setiap hari atau diperjualbelikan. Mereka pun tetap menerima bantuan beras raskin yang biasa digunakan untuk hajatan atau acara adat.

"Tapi kita juga masih nerima raskin, khawatir masa paceklik. Yang di leuit (lumbung) baru di pakai pas paceklik, karena ada simpanan. Pare gede (padi besar) puluhan tahun geh kuat. Pare gede mah nteu meunang dijual, eta mah jimat (padi besar enggak boleh dijual, itu jimat). Dari satu iket bisa dapet 50-70 iket,sekitar 350 kilogram," Olot Amir menerangkan.

"Pantangan bertani Jumat, kalau Jumat gawe bisi nteu inget waktu Jumat (khawatir lupa salat Jumat) untuk ibadah. Minggu juga istirahat. Di kita juga ada hutan larangan dan hutan yang bisa tanami tumpang sari."

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini