Sukses

Propam Usut Kasus Tewasnya Honorer Pembunuh Polisi

Polisi berkeras pegawai honorer tersangka pembunuh polisi tewas akibat kehabisan darah saat akan dibawa ke rumah sakit.

Liputan6.com, Pekanbaru - Berawal dari persoalan asmara dan kecemburuan, pegawai honorer di Dispenda Kabupaten Kepulauan Meranti, Apri Adi Pratama diduga membunuh polisi setempat, Brigadir Adil S Tambunan.

Adil disebut membawa seorang wanita yang juga dikenal oleh Apri ke kamar sebuah hotel. Ketika keluar dari hotel, Apri sudah menunggu Adil hingga terjadilah sebuah perkelahian.

Dalam perkelahian itu, Apri yang diduga membawa pisau diduga menikam Adil hingga tewas. Apri yang kemudian ditangkap berusaha melawan dan ditembak polisi. Tak lama setelah itu, pegawai honorer itu meninggal dunia.

Masyarakat menduga, penembakan Apri merupakan aksi balas dendam polisi. Namun hal ini dibantah Kabid Humas Polda Riau AKBP Guntur Aryo Tejo.

"Kejadian ini tetap diselidiki secara internal. Kapolda sudah memerintahkan Kabid Propam Polda Riau (AKBP Pitoyo Agung Yuwono) turun ke lokasi kejadian," kata Guntur di Pekanbaru, Riau, Kamis (25/8/2016).

Guntur mengatakan, Propam Polda Riau akan menyelidiki bagaimana prosedur penangkapan terhadap Apri dan bagaimana dia bisa tewas setelah ditembak anggota yang menangkapnya.

"Kalau memang ada kesalahan prosedur, maka akan dilakukan tindakan tegas sesuai aturan internal kepolisian," tutur Guntur.

Lalu bagaimana dengan desakan ratusan warga yang meminta Kapolres Kepuluan Meranti AKBP Asep Iskandar dicopot dari jabatannya? "Kalau permintaan warga itu sah-sah saja. Namun dari kepolisian, tetap akan melakukan penyelidikan secara internal," ujar Guntur.

Dia membantah adanya dugaan penganiayaan terhadap Apri setelah ditangkap. Guntur mengatakan, luka-luka lebam di wajah Apri diduga akibat perkelahian dengan Brigadir Adil.

"Tidak ada penganiayaan," tegas Guntur.

Dia menjelaskan, Apri melawan sewaktu ditangkap. Pegawai honorer itu bahkan memegang senjata tajam jenis badik sewaktu akan ditangkap di daerah Merbau, Kepulauan Meranti, Riau. Badik ini, sambung dia, diduga digunakan untuk melawan petugas.

"Makanya kemudian dilakukan tindak pelumpuhan di bagian paha dan mata kaki," terang Guntur.

Dia bercerita, Apri ditangkap setelah dua jam berkelahi dengan Brigadir Adil. Dia diketahui berada di rumahnya di kawasan Merbau. Polisi pun menyeberang dengan kapal untuk menangkapnya.

"Ketika ditangkap, kemudian dibawa ke rumah sakit. Ada sekitar dua jam perjalanan dari lokasi penangkapan ke rumah sakit. Dengan ini, patut diduga Apri kehabisan darah dan meninggal dunia," tutur Guntur.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Gelombang Protes

Sementara itu, peristiwa ini mengundang protes dari masyarakat setempat. Sekitar 500 warga mengepung Mapolres Kepulauan Meranti. Pelemparan batu terjadi dan menyebabkan kaca-kaca di kantor tersebut pecah.

Dengan melempari batu, kayu, dan benda  lain ke arah polisi, massa memaksa masuk ke dalam mapolres. Aparat dan warga juga sempat terlibat aksi dorong-dorongan di depan gerbang mapolres.

Seorang warga dikabarkan tewas dalam peristiwa ini.

"Menurut laporan Kapolres Meranti (AKBP Asep Iskandar) ada warga yang meninggal dunia. Warga ini meninggal ketika dilarikan ke rumah sakit. Dia terkena lemparan batu," kata Guntur.

"Akibat kejadian ini, banyak kaca mapolres yang pecah dan rusak," sambung dia.

Untuk mengendalikan massa, Polda Riau mengirimkan 2 satuan setingkat pleton dari Brimob, 2 satuan setingkat pleton Sabhara dari Polres Siak, dan 2 satuan setingkat pleton Sabhara dari Polres Bengkalis.

Menurut Guntur, sebagian besar warga sudah membubarkan diri dan situasi mulai kondusif. Meski demikian, masih ada beberapa kelompok berkumpul.

"Ada kelompok yang masih berkumpul secara terpisah-pisah. Dan ada juga yang masih berkumpul di depan Mapolres. Petugas masih siaga untuk menghindari kejadian yang tak diinginkan lagi."

Untuk membubarkan massa, petugas terpaksa beberapa kali mengeluarkan tembakan peringatan ke udara. Polisi juga memakai gas air mata untuk memecah konsentrasi massa.

Beberapa sepeda motor yang masuk ke parit. Selain itu, ada juga sepeda motor milik polisi yang dibakar massa sebagai aksi balasan. Kejadian ini juga membuat pengusaha di berbagai rumah toko atau ruko memilih tutup. Mereka takut terkena imbas dari aksi protes massa yang tidak terima Apri tewas setelah ditangkap polisi.

"Kapolda sudah memerintah Kabid Propam turun ke Meranti. Akan diselidiki, kalau ada kesalahan prosedur akan ditindak sesuai aturan di kepolisian," tegas Guntur.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini