Sukses

Gawat, Pelabuhan Bengkulu Terancam Lumpuh Total

Jika Pelabuhan Bengkulu lumpuh, distribusi beras terhambat, batu bara dan CPO tidak bisa diekspor, kekacauan pun akan terjadi.

Liputan6.com, Bengkulu - Pelabuhan Samudera Pulau Baai Bengkulu sebagai pintu gerbang perekonomian daerah ini terancam tidak bisa beroperasi alias lumpuh total. Penyebabnya, alur masuk pelabuhan sebagai jalur keluar masuk kapal menuju dan keluar pelabuhan saat ini mengalami pendangkalan yang sangat parah.

Pelabuhan hanya bisa melayani kapal berukuran kecil. Padahal, pelabuhan ini melayani hampir seluruh angkutan menuju Bengkulu maupun sebaliknya, baik itu angkutan ekspor batu bara, karet, crude palm oil (CPO/minyak kelapa sawit), dan hasil bumi lain. Pelabuhan ini juga melayani angkutan bahan bakar minyak (BBM) lewat jalur laut, semen, beras, dan distribusi barang melalui kontainer.   

GM PT Pelindo Bengkulu Ari Santoso mengatakan alur pintu masuk pelabuhan saat ini masih dalam kondisi minus 5,1 Low Water Spring (lws) atau berada pada kedalaman 5 meter saja.

"Masih bisa melayani kapal, tetapi untuk ukuran yang kecil," kata Ari di Bengkulu, Senin (15/8/2016).

Untuk kondisi normal, pelabuhan ini setidaknya harus memiliki kedalaman alur minimal minus 14 lws. Pendangkalan terjadi karena sudah lebih dari setahun tidak ada aktivitas pengerukan alur. Dalam sebulan, bisa terjadi pengurangan kedalaman alur mencapai minus 2 lws.

Jika kondisi alam yang sangat ekstrem seperti badai dan gelombang tinggi, bisa saja melebihi angka tersebut. Jika tidak segera dikeruk, bukan tidak mungkin dalam dua bulan ke depan pelabuhan ini akan mengalami lumpuh total.

Terpisah, akademisi Universitas Dehasen Bengkulu Vethy Octaviani mengatakan, ancaman terhadap tidak maksimalnya operasional pelabuhan, bakal berimbas kepada perekonomian Bengkulu secara luas.

"Bayangkan saja jika BBM tidak bisa masuk, distribusi beras terhambat, batu bara dan CPO tidak bisa diekspor, kekacauan akan terjadi, yang paling fatal, listrik Bengkulu sangat tergantung dengan BBM," kata dia.

Dia juga mendesak kepada para pengambil kebijakan untuk mengambil langkah cepat. Sebab ancaman yang sudah ada di depan mata sangat sulit dibayangkan. "Respons cepat, ambil kebijakan secepatnya untuk menyelamatkan kondisi ini," kata Vethy.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.