Sukses

Penabrak 6 Siswa SD Purwakarta Dikenal Berprestasi di Sekolah

Pelajar SMK di Purwakarta itu sebelumnya selalu menggunakan angkot atau sepeda ontel saat berangkat ke sekolah.

Liputan6.com, Purwakarta - FGM (16), pelajar SMK yang menabrak enam siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Sukajaya, Kecamatan Sukatani, Purwakarta, resmi dikeluarkan dari sekolahnya pada Senin (1/8/2016).

"Iya mulai hari ini dikeluarkan dari sekolah," kata salah seorang guru bidang kesiswaan SMKN 1 Purwakarta, Nurdiatun.

Pelajar kelas 8 itu dikeluarkan setelah dinyatakan melanggar Peraturan Bupati (Perbup) Pendidikan Berkarakter yang salah satunya mengatur larangan pelajar dan anak di bawah umur menggunakan sepeda motor. Apalagi, kasus tabrakan itu menyebabkan seorang korban meninggal dunia.

"FGM kami keluarkan setelah kami juga mendapat instruksi dari pak Bupati juga," ujar Nurdiatun.

Di mata para guru, FGM terbilang anak yang baik dan berprestasi. Ia juga termasuk aktif dalam berbagai kegiatan di organisasi kesiswaan.

"Di sekolah sosoknya baik. Dia juga ranking 3 saat naik kelas kemarin," ucap Nurdiatun.

Para guru di SMK juga menyayangkan insiden yang menimpa FGM. Mengingat sebelumnya, dia selalu datang ke sekolah dengan naik angkot.

"Sesekali dia ke sekolah naik sepeda ontel juga, meski jauh dari Plered sana," imbuh Nurdiatun.

Sementara, orangtua FGM, Alex Gunarsah menyatakan motor jenis Sport yang dipakai anaknya adalah motor miliknya. Ia mengaku anaknya mengambil kunci motor tanpa sepengetahuannya.

"Motor itu bukan saya belikan untuk anak saya. Apalagi, saya guru PNS saya punya biaya dari mana untuk belikan anak saya motor," kata Alex.

Meski harus menempuh perjalanan sejauh lebih dari 30 kilometer, kata Alex, FGM tetap menginginkan bersekolah di SMK itu. "Karena dia bercita-cita sejak kecil mau sekolah di sini," ujar Alex.

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi menilai kasus yang terjadi pada FGM adalah sistem pembelajaran bagi pelajar lain untuk mengingatkan mereka yang tetap bandel membawa motor. Sebagian besar orangtua kerap tidak berdaya ketika harus berhadapan dengan keinginan anaknya.

"Kalau FGM dikeluarkan dari sekolah, bukan saya yang mengeluarkan, tetapi aturan dan dia sendiri yang melanggar aturan," ucap Dedi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini