Sukses

Akhir Pekan Ini Napak Tilas Perjalanan Cheng Ho di Semarang

Laksamana Cheng Ho adalah seorang Muslim dengan nama Haji Mahmud Syams.

Liputan6.com, Semarang - Penyelenggaraan Pesona Budaya Cheng Ho 2016 di Semarang, Jawa Tengah, dipastikan semakin semarak dengan keterlibatan Provinsi Fujian dan beberapa kota di Tiongkok Selatan. Festival ini sebenarnya merupakan metamorfosis dari tradisi lokal yang bernama arak-arakan Sam Poo yang sudah berusia 611 tahun.

"Pesona Budaya Cheng Ho di Semarang 30-31 Juli 2016 nanti adalah event yang besar, bagus, akan sempurna jika mendatangkan wisman (wisatawan mancanegara)," kata Menteri Pariwisata Arief Yahya lewat keterangan tertulisnya di Semarang, Jateng, Senin, 26 Juli 2016.

(Edhie Prayitno Ige/Liputan6.com)

Sementara itu, Staf Ahli Menteri Pariwisata Bidang Multikultur Kemenpar, Hari Untoro, menyebutkan selama ini tradisi masyarakat Semarang dengan sebutan arak-arakan Sam Poo tersebut tak pernah sepi.

"Tahun ini, warga Fujian hingga Tiongkok Selatan bakal hadir," kata Hari Untoro Drajat.

Sejarah mencatat, Laksamana Cheng Ho bernama asli Ma He, juga dikenal dengan sebutan Ma Sanbao, berasal dari Provinsi Yunnan. Cheng Ho memulai ekspedisi pelayaran pertama kali pada 1405. Ia mencapai wilayah Asia Tenggara, yakni Semenanjung Malaya, Sumatera, dan Jawa.

Jalur samudera Laksamana Cheng Ho itu sebenarnya ada di 10 pesisir pantai di Indonesia, dari Aceh, Kepri, Bangka Belitung, Palembang, Banten, Jakarta, Cirebon, Semarang, Tuban, Surabaya, sampai ke Bali.

Jalur ini belum begitu populer, masih kalah dengan Silk Road atau Jalur Sutera yang melintasi daratan Tiongkok ke arah barat sampai Eropa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Cheng Ho

Jalur Laksamana Cheng Ho itu sebenarnya sudah diluncurkan di Aceh pada 13 Desember 2015 lalu. Berdasar berbagai catatan, Laksamana Cheng Ho adalah Muslim dengan nama Haji Mahmud Syams. Dia berdagang dan melakukan pertukaran kebudayaan.

Cheng Ho membawa kapal terbesar di abad 15, dengan ukuran panjang 138 meter, lebar 56 meter. Ukuran itu lima kali lebih besar dibandingkan dengan kapal yang pernah dibawa Christopher Colombus, penemu Benua Amerika.

Sementara sumber lain menyebutkan, awal abad ke-15 itu, Laksamana Cheng Ho yang berasal dari Dinasti Ming bersama kapal hartanya melakukan pelayaran bersejarah mencari apa yang disebut air liur naga dan kayu sepang. Ada yang menyebutnya sebagai Jili Dimen atau sembilan pulau di timur.

Di antara titik-titik persinggahan itu, yang paling dikenal memang di Simongan, Gedung Batu, Semarang, tempat pelaksanaan Pesona Laksamana Cheng Ho 2016 nanti. Hasil pemetaan Kementerian Pariwisata, salah satu yang diminati wisman Tiongkok adalah kebudayaan, selain alam pantai.

(Edhie Prayitno Ige/Liputan6.com)

Fakta sejarah yang tidak bisa dihilangkan adalah hubungan kemitraan dengan Tiongkok itu sudah berlangsung selama beratus-ratus tahun, atau enam abad lebih. Kala itu, hubungan perdagangan masih dilakukan dengan Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit. Sejarah juga mencatat Cheng Ho disebut melakukan tujuh ekspedisi di 10 kota di Indonesia.

Ada banyak yang bisa dinikmati di Pesona Budaya Cheng Ho, Semarang. Mulai ritual sembahyang hingga malam budaya. Itu belum termasuk kirab budaya dari Kelenteng Tay Kak Sie ke Kelenteng Sam Poo Kong. Pada saat kirab nanti, ribuan warga diprediksi akan hadir memeriahkan pawai sejauh 6 kilometer itu.

Perayaan kirab itu nantinya akan memperlihatkan detail-detail perjalanan Laksamana Cheng Ho dengan armadanya, termasuk kisahnya saat memutuskan singgah di Semarang. Nantinya, akan ada juga penampilan tujuh kesenian daerah yang mengiringi, sebagai bagian dari fakta kuatnya akulturasi budaya Tiongkok dengan budaya lokal Semarang.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.