Sukses

Pantang Menyerah, Bocah Bantul Berkursi Roda 6 Km ke Sekolah

Edi Priyanto dari Bantul setiap hari ke sekolah menggunakan kursi roda.

Liputan6.com, Yogyakarta - Edi Priyanto setiap hari berangkat ke sekolah menggunakan kursi roda dari rumah sederhananya di Manggung, Sumber Agung, Jetis, Bantul, Yogyakarta. Sepanjang perjalanan, matanya melihat tajam ke arah lalu lalang kendaraan di jalan menuju SMP 2 Sewon Bantul, sekolahnya.

Setiap hari siswa kelas 9 itu berangkat ke sekolah menggunakan kursi roda sejauh 6 km. Tangannya dengan cekatan mengayuh roda di kursinya.

"Sudah biasa. Nggak takut. Alhamdulillah nggak pernah (kecelakaan). Biasanya doa minta doa keselamatan," ujar Edi di Yogyakarta, 23 Juli 2016 lalu.

Edi Priyanto, siswa kelas 9 SMP 2 Sewon, Bantul, setiap hari berangkat ke sekolah menggunakan kursi roda sejauh enam kilometer. (Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Dia terbiasa bangun lebih pagi dibandingkan teman-temannya lantaran jarak rumah ke sekolah yang lumayan jauh. Pukul 05.00 WIB, Edi sudah siap berangkat ke sekolah.

"Kadang bangun jam tiga, kadang jam empat. berangkatnya kadang jam lima lebih. Butuh waktu satu jam ke sekolah. Ya sampai sini jam enam kadang kurang sepuluh menit," tutur Edi.

Karena saking paginya dia berangkat, Edi sering tak sarapan. Hanya susu atau teh saja yang diminumnya.

"Kalau sarapan jarang. Biasanya cuma minum. Kalau pulang biasanya baru makan. Kalau dulu bawa minum. Kalau pengin bawa bekal paling makannya cuma makanan kecil," kata Edi.

Edi hanya hidup berdua dengan ibundanya Sumiyah. Ibunya dahulu bekerja membuat anyaman bambu. Namun karena sulitnya bahan baku, kini Sumiyah hanya bisa bekerja serabutan membantu tetangga sekitar.

Sementara ayah Edi sudah meninggal dunia sejak ia masih kecil. Namun kondisi ini tidak pernah membuatnya patah arang. Sekolah menjadi salah satu cara meraih cita-citanya. Bahkan ia sudah merencanakan usai lulus SMP, Edi akan masuk SMK jurusan komputer.

"Penginnya SMK jurusan komputer, kalau nggak elektronik. Senang saja. Cita-citanya bisa masuk komputer. Kalau itu kan bisa masuk di perusahaan," tutur dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Edi yang Tekun

Edi mengaku tidak bisa berjalan dengan normal saat usianya menginjak 1,5 tahun. Saat itu ia jatuh dan kakinya tidak mampu menyangga berat badannya. Pengobatan sudah dilakukan ke RS Sardjito, namun kesembuhan tak kunjung datang.

Sementara ibundanya harus membanting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Untungnya semua kebutuhan sekolah Edi terbantu dengan beasiswa. Ditambah donatur yang memberi bantuan.

Edi mengaku senang saat berada di sekolah teman-temannya selalu bersikap baik. Sehingga semangat belajar selalu ada. "Sekolah nggak bayar, cuma beli buku. Cukup alhamdulilah," ujar Edi.

Bocah kelahiran Bantul 30 Oktober 1997 itu selalu teringat pesan ibundanya untuk selalu rajin sekolah dan hati-hati.

Edi Priyanto, siswa kelas 9 SMP 2 Sewon, Bantul, setiap hari berangkat ke sekolah menggunakan kursi roda sejauh enam kilometer. (Liputan6.com/Fathi Mahmud)

Sementara itu Kepala Sekolah SMP 2 Sewon Bantul Asnawi mengatakan, di sekolahnya ada 22 siswa dengan kebutuhan khusus, seperti tuna netra, tuna daksa, low vision, dan tuna grahita.

Edi merupakan salah satu siswa dengan berkebutuhan khusus. Ia juga masuk dalam daftar beasiswa ABK. Menurut dia, Edi termasuk siswa yang tekun dan giat sekolah. Selama menjadi kepala sekolah dia tidak pernah melihat Edi terlambat masuk sekolah.

"Anaknya tekun selau berusaha ingin maju dan membantu orangtua dan keinginannya kuat. Biasanya setengah tujuh pasti sudah sampai sini. Jarang terlambat masuk ke sekolah," kata Asnawi.

Pihak sekolah tidak membedakan siswa normal dengan siswa berkebutuhan khusus. Namun para siswa berkebutuhan khusus ini memiliki guru pendamping. Guru tersebut bertugas membantu kesulitan siswa saat kegiatan belajar mengajar.

"Ada kuota khusus difabel satu kelas ada tiga kali jumlah kelas. Ada pendamping khusus guru BK (bimbingan konseling) membantu kesulitan segala macam. Seminggu dua kali dia pantau," ucap Asnawi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini