Sukses

Ritual Banyuwangi, Gadis Menari Sambil Merem 7 Hari

Wisatawan asing juga tertarik dengan Tari Seblang yang magis dari Banyuwangi.

Liputan6.com, Banyuwangi - Masyarakat adat suku Using memiliki beragam tradisi. Memasuki bulan Syawal setelah Hari Raya Idul Fitri, suku asli Banyuwangi ini memiliki ritual unik yang telah berlangsung selama ratusan tahun, yakni seblang olehsari. Ritual ini menjadi tontonan yang menarik warga, termasuk wisatawan asing.

Tradisi seblang yang digelar setiap awal bulan Syawal ini dipercaya ‎bisa menghilangkan marabahaya dan pagebluk. Kali ini seblang telah dimulai sejak Jumat, 8 Juli dan akan berakhir Kamis, 14 Juli 2016.

Seblang adalah ritual menari dalam kondisi trance (kerasukan). Penarinya harus gadis muda, seorang perempuan yang ditunjuk leluhur melalui mediasi makhluk halus. Gadis yang telah "ditunjuk" ini akan menari-nari mengikuti iringan musik tradisional Banyuwangi.

Penari seblang akan menari-nari dengan mata tertutup selama tujuh hari berturut-turut, yang biasanya dimulai pukul 14.00 hingga menjelang petang. Untuk tahun ini, sang penari seblang adalah Fadiyah Yulianti (9) warga setempat. Bocah tersebut melakoni peran seblang selama dua tahun berturut-turut.

Ketua adat Desa Olehsari Ansori (52) mengatakan ritual seblang diawali dengan selamatan di empat titik, dua di antaranya makam sesepuh desa setempat, Ki Buyut Ketut dan Ki Buyut Cili. Ritual puncak adalah menggiring penari ke arena seblang, letaknya di pusat desa.

Penari menggunakan mahkota khusus. Warga menyebutnya omprok. Bahan omprok terbuat daun pisang muda dihiasi berbagai bunga harum.

Setelah sang pawang mempersembahkan sesaji, sang penari mulai kesurupan. Dengan alunan gamelan khas, penari menari berkeliling arena berbentuk bulat. Dua orang pengiring ikut mendampingi penari. Selama menari, puluhan gending khusus berbahasa Using dilantunkan oleh para ibu-ibu. "Ini sudah tradisi turun-temurun. Konon sudah dimulai sejak tahun 1930-an," tutur Ansori.

Ansori menjelaskan, seblang berarti menghilangkan pengaruh buruk. Karena itu gaya tarian ini membuang tangan ke kanan atau ke kiri.

"Seblang ini kalau ikut bahasa Using singkatan dari sebele ilang atau hilang sialnya. Jadi, biar semua hal yang tidak menyenangkan seperti penyakit dan bala-bala lain yang tidak menyenangkan ini hilang, dan berharap kemakmuran," ucap Ansori.

Penari seblang harus turun-temurun. Fadiyah adalah generasi ke-28. Di akhir tarian, penari seblang akan membagikan bunga yang ditancapkan pada lidi yang biasa disebut dengan Kembang Dermo, yang konon bisa mendatangkan kemakmuran bagi yang memilikinya. Di hari terakhir, Seblang akan ditutup dengan prosesi Ider Bumi, bersih desa.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bule Ikut Menari Seblang

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, tradisi seblang merupakan salah satu khasanah tradisi Banyuwangi yang patut untuk dilestarikan. Salah satu caranya dengan menjadikan seblang sebagai salah satu agenda Banyuwangi Festival setiap tahun.

Menurut Anas, ini juga bagian dari menghidupkan dan mengenalkan potensi desa lebih luas. Agenda festival yang sifatnya tradisi ritual, imbuh dia, tidak harus ditarik ke kota, namun justru harus dilestarikan di desa tersebut.

"Seblang menjadi salah satu contoh kegiatan Banyuwangi Festival yang muncul dari masyarakat. Pemerintah tidak melakukan intervensi apa pun terhadap penyelenggaraan budaya ini, karena ini adalah adat tradisi," jelas Anas dalam keterangan tertulis yang diterima Liputan6.com, Rabu (13/7). 

Ritual tari magis ini mengundang decak kagum dari Jasper, turis asal Belgia. Jasper pun didaulat menari bersama sang seblang, usai pengiring seblang melemparkan selendang merah kepadanya. Jasper spontan menari di atas meja bersama seblang. Dia terlihat asyik meliuk-liukkan badannya, mengikuti gending Liliro Kantun.

Usai menari, Jasper mengatakan sangat senang bisa menyaksikan tradisi khas Banyuwangi yang menurutnya sangat unik. Ia pun merasa sangat terhormat mendapatkan kesempatan memakai selendang sampur dan bisa menari langsung dengan sang seblang.

"Saya merasa sangat bangga berada di sini dan bisa menyaksikan langsung tradisi masyarakat yang luhur. Semua orang menyambut kami dengan hangat. Sangat menyenangkan berada di sini," kata Jasper. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.