Sukses

Nama Awal Kerupuk Melarat Khas Pantura Cirebon

Nama kerupuk melarat baru dipakai sekitar 1980-an, yakni setelah diberikan oleh orang kota.

Liputan6.com, Cirebon - Kerupuk melarat adalah nama kerupuk khas yang banyak dijual di jalur Pantura Cirebon. Ternyata, nama tersebut bukanlah nama pertama yang diberikan pembuat kerupuk tersebut pada 1926.

Kerupuk incaran pemudik untuk oleh-oleh itu justru dinamai kerupuk mares. Menurut pengamat sejarah dan budaya Cirebon Nurdin M. Noor, kata mares diambil dari lemah yang berarti 'tanah' dan ngeres yang olah 'pasir yang kasar'.

Nama kerupuk mares kemudian berubah menjadi kerupuk melarat sekitar 1980. Sebutan itu diberikan orang kota karena dianggap sebagai simbol orang miskin.

"Kerupuk melarat karena simbol orang miskin terlihat dari cara menggorengnya bukan pakai minyak, tapi pakai pasir. Saat itu kerupuk melarat dianggap sebagai cemilan yang terbuang," ujar Nurdin kepada Liputan6.com, Rabu, 29 Juni 2016.

Nurdin mengatakan penciptaan kerupuk melarat pada awalnya berkaitan dengan depresi ekonomi yang melanda dunia pada 1920-an. Belanda yang masih menjajah Indonesia juga ikut terkena imbasnya, begitu pula dengan Indonesia.

Akibat depresi ekonomi, masyarakat kesulitan mendapatkan minyak goreng untuk menggoreng kerupuk. Namun, kondisi itu justru mendorong warga lebih kreatif.

"Masyarakat pun menggoreng kerupuk dengan menggunakan pasir sebagai pengganti minyak dan hasilnya malah enak. Kerupuk melarat itu hasil kreativitas masyarakat Pantura Cirebon," kata Nurdin.

Sebenarnya tidak hanya kerupuk melarat yang berhasil diciptakan dalam masa-masa susah itu. Warga Pantura juga membuat beberapa camilan khas Cirebon lainnya, seperti tike, umbi, lantak, dan emping.

"Kerupuk melarat biasanya dipadukan dengan sambal khas Cirebon, seperti sambal asam, sambal dage atau oncom," ujar Nurdin.

Saat ini, kerupuk yang identik dengan masyarakat miskin tersebut semakin digandrungi semua kalangan. Terlebih masyarakat di luar Cirebon.

"Salah satu penyebab macet juga banyak pemudik yang berhenti di sepanjang Jalan Tengah Tani untuk beli kerupuk melarat karena itu salah satu sentra home industry," kata Nurdin.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini