Sukses

Top 3: Polisi Penjual Sosis Dikeroyok Satpol PP

Berusaha cari tambahan halal dengan berdagang sosis, seorang polisi muda di Satlantas Polsek Semarang Barat malah dikeroyok Satpol PP.

Liputan6.com, Semarang - Brigadir Mahfud Wahyu Prasetya, seorang polisi muda yang setiap harinya bertugas sebagai anggota Satlantas Polsek Semarang Barat, Jawa Tengah. Untuk mendapatkan penghasilan tambahan, selepas piket ia berjualan sosis bakar di kaki lima, Jalan Pahlawan Semarang dengan sebuah gerobak.

Sayangnya, niat baik mencari rezeki halal itu tak selamanya berjalan mulus. Saat berjualan ia dikeroyok puluhan anggota Satpol PP Kota Semarang.

Hingga malam hari ini berita tersebut berhasil menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutama di kanal Regional, Selasa (28/6/2016).

Dua berita lainnya yang tak kalah diburu adalah kisah warga Surabaya terlepas dari hipnotis penipuan berhadiah hingga cara Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Pekanbaru ungkap beredarnya vaksin palsu.

Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional:

1. Cari Tambahan Halal, Polisi Penjual Sosis Ini Dikeroyok Satpol PP

Polisi penjual sosis di Semarang dikeroyok Satpol PP (Liputan6.com / Edhie Prayitno Ige)

Kejadiannya Minggu malam, 26 Juni 2016. Seperti biasa Brigadir Mahfud menemani Sandi berjualan di Jalan Pahlawan Semarang. Tak berapa lama setelah menggelar dagangannya, tiba-tiba ada satu truk petugas Satpol PP sedang menertibkan PKL.

Tanpa basa-basi atau memberi peringatan, puluhan  Satpol PP Kota Semarang itu langsung mengangkat gerobak Mahfud dan hendak dinaikkan ke atas truk.

Permintaan Mahfud agar gerobaknya tak diangkat ternyata tak direspons. Justru beberapa Satpol PP langsung merebut dan menyerobot gerobak itu.

"Kami sempat cekcok. Sampai tiba-tiba ada anggota Satpol PP yang memukul saya. Teman-temannya yang lain kemudian ikut memukuli. Saat kejadian itu ada komandan regu Satpol PP, tapi dia membiarkan saja tidak melerai," kata Mahfud.

Selengkapnya...

2. Cerita Warga Surabaya Terlepas Hipnotis Penipu Undian Berhadiah

Tiga langkah cegah terkena praktik kejahatan hipnosis. (Foto: wikihow.com)

Arif Wicaksono, warga Pengampon Surabaya itu mencoba meminta bantuan kepada kakaknya karena dirinya telah mendapatkan telepon dari hantu penipuan undian berhadiah.

Disebut hantu karena si penipu berkedok undian berhadiah itu tidak pernah menamakan diri, melainkan hanya memperdengarkan suaranya. Lewat suaranya, hantu penipu itu lebih menyeramkan dibandingkan sosok Valak di film The Conjuring 2.

Dalam percakapan tersebut, dirinya dinyatakan sebagai pemenang dan berhak mendapatkan hadiah berupa uang tunai senilai Rp 10 juta.

Arif diminta segera pergi menuju mesin ATM Mandiri untuk melihat hadiah uang tersebut sudah masuk ke saldonya atau belum.

Sambil terus mengangkat teleponnya, Arif masih berbincang dengan si penipu dan dibantu dengan kakaknya, Arif melakukan apa yang diperintah oleh si penipu, termasuk melakukan transfer e-cash Mandiri.

Selengkapnya...

3. Cara BPOM Pekanbaru Menguak Pengedar Vaksin Palsu

Dalam pengusutan, BPOM menemukan label farmasi yang diduga dipalsukan adalah milik Bio Farma. (Liputan6.com/M Syukur)

Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Pekanbaru mengungkapkan temuan adanya vaksin palsu beredar di Pekanbaru, Riau.

"Sudah lebih dari setahun beroperasi di Riau," kata Kepala BPOM di Pekanbaru Indra Ginting, Selasa (28/6/2016).

Indra mengatakan, sangat sulit bagi pihaknya untuk mendapatkan vaksin diduga palsu itu. Pihaknya harus menyamar dan merogoh kocek Rp 500 ribu untuk mendapatkan 20 ampul vaksin palsu.

Dalam melancarkan aksinya, pengedar vaksin memalsukan label farmasi dan surat distributor vaksin resmi. Hal ini sudah dibuktikan dengan mengecek label di vaksin diduga palsu itu.

Selengkapnya...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini