Sukses

Jengkol Menghilang dari Rangkasbitung

Selama tiga pekan terakhir, pasokan jengkol dari sejumlah daerah di Kabupaten Lebak relatif kecil.

Liputan6.com, Rangkasbitung - Harga jengkol di pasar tradisional Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Banten, menembus Rp 80.000 per kilogram. Melambungnya harga jengkol ini akibat terjadi kelangkaan di pasaran.

"Kita bingung pasokan jengkol relatif terbatas karena belum musim panen, sehingga berdampak terhadap melonjaknya harga di pasaran," kata pedagang sayuran di pasar tradisional Rangkasbitung, Jaka (50) seperti dikutip dari Antara, Jumat 24 Juni 2016.

Selama tiga pekan terakhir, pasokan jengkol dari sejumlah daerah di Kabupaten Lebak relatif kecil. Saat ini, banyak pedagang sayuran tidak menjual jengkol akibat pasokan dari petani terbatas, bahkan menghilang.

Kemungkinan menghilangnya pasokan jengkol karena belum memasuki musim panen.

Selain itu juga banyak pohon jengkol ditebang untuk keperluan bangunan perumahan maupun kerajinan rumah tangga.

"Karena itu, jika ada jengkol dipastikan harganya melambung hingga mencapai Rp 80.000/kg atau melebihi harga daging ayam sebesar Rp 28.000. Harga normal jengkol biasanya sekitar Rp 20 ribu/kg," tutur dia.

Tak ada Pohon Jengkol

Begitu juga Mami (45) seorang pedagang di Pasar Rangkasbitung mengatakan, saat ini pasokan jengkol dari sejumlah petani di Kabupaten Lebak semakin berkurang. Padahal permintaan cenderung meningkat pada Bulan Ramadan ini.

"Berkurangnya pasokan jengkol itu karena banyak pohon jengkol beralih fungsi menjadi perumahan maupun perkebunan. Sebelumnya, sentra jengkol di Kabupaten Lebak hampir merata di setiap kecamatan," tutur Mami.

Baca Juga

Ia menambahkan saat ini, pasokan jengkol yang ada di Rangkasbitung dipasok dari Provinsi Lampung dan Palembang. Namun, kualitas jengkol dari Pulau Sumatera kurang bagus.

"Kami berharap petani bisa mengembangkan kembali tanaman jengkol karena permintaan pasar cukup tinggi," ujar Mami.

Kepala Pasar Rangkasbitung Dedi Rahmat mengakui, selama ini pasokan jengkol di pasaran menghilang sehingga pedagang terpaksa berjualan komoditas lain.

Para pedagang jengkol saat ini beralih menjadi pedagang buah-buahan maupun umbi-umbian akibat kelangkaan tersebut.

"Saya kira kelangkaan jengkol ini kali pertama akibat belum tibanya musim panen juga banyak pohon jengkol digunakan untuk pembangunan rumah," tutur Dedi.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.