Sukses

Ie Bu Peudah, Bubur Buatan Pemuda Aceh dengan Ramuan 44 Dedaunan

Ie bu peudah merupakan masakan khas Aceh yang terbuat dari 44 jenis dedaunan dengan bumbu berbagai rempah–rempah.

Liputan6.com, Banda Aceh - Siang itu empat pemuda tampak sibuk memasak ie bu peudah alias bubur kanji dalam sebuah belanga besar yang terdapat di sudut Meunasah (surah) Desa Beung Bak Jok, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar.

Ie bu peudah merupakan masakan khas Aceh yang terbuat dari 44 jenis dedaunan dengan bumbu berbagai rempah–rempah.

Memasak ie bu peudah untuk hidangan berbuka sudah menjadi tradisi turun-temurun bagi masyarakat Beung Bak Jok, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar ini.

"Ini dari saya kecil sudah ada, dari kakek–kakek kami, tiap tahun kami masak bubur," tutur Taufik salah satu koki spesialis ie bu peudah di desa ini, Kamis (16/6/2016).

Baca Juga

Proses menyiapkan bahan hingga masak dilakukan setelah salat zuhur hingga menjelang berbuka. Biasanya melibatkan beberapa pemuda ditemani seorang koki secara bergilir tiap harinya.

Bubur akan dibagikan gratis pada masyarakat setempat setelah salat ashar. Bahkan ada juga warga tetangga yang datang untuk mengambil bubur khas ini karena kenikmatannya.

"Ini sudah langka, cuma beberapa desa saja yang memasak bubur kanji ini, rasanya pun berbeda–beda," tambah Taufik.

Menurut Taufik, warga di desanya tidak pernah bosan mengomsumsi ie bu peudah selama sebulan penuh. Selain karena ciri khas rasanya, bubur ini juga berkasiat untuk kesehatan tubuh saat berpuasa.

"Ini karena bahannya dari alam semua, alami. Kan rempah–rempah bagus untuk kesehatan, badan hangat, nggak berangin perut selama puasa," jelas Taufik.

Selain itu ie bu peudah khas Aceh ini juga dinilai sangat baik untuk pencernaan, khususnya bagi para penderita maag dan lambung.

Bubur khas Aceh ie bu peudah (Windy Phagta/Liputan6.com)

Bahan baku utamanya terbuat dari beras yang dikumpulkan dari warga desa, 44 jenis dedaunan yang dicari oleh warga di sekitar pengunungan seminggu sebelum memasuki bulan puasa.

Taufik mengakui kini mereka terkadang mengalami kesulitan dalam mencari bahan baku utamanya, karena beberapa jenis dedaunan sudah jarang tumbuh.

"Kalau nama–namanya sulit dihapal, bahkan ada yang kami tidak tahu namanya, itu cuma orang zaman dulu yang tahu. Kami hanya tahu bentuknya saja," tutur si koki.

Sementara untuk bumbunya, yakni berbagai rempah–rempah, kelapa, dan garam, yang secara keseluruhan merupakan sumbangan warga.

Setelah salat ashar, anak–anak dan warga setempat mulai silih berganti berdatangan menuju belanga besar tempat dimasaknya ie bu peudah dengan membawa berbagai bentuk wadah untuk bubur khas Aceh ini.

"Ini plok (ember kecil) tempat bubur khas juga. Di sini banyak yang tarok dalam plok ini," kata Taufik, sambil menunjukan beberapa ember kecil dengan berbagai warna sebagai wadah warga membawa pulang bubur kanji ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.