Sukses

Sejarah Tua Terasi Cirebon Upeti Zaman Padjadjaran

Peristiwa monumental masa kejayaan terasi Cirebon, yakni pada 1415.

Liputan6.com, Cirebon - Siapa sangka terasi Cirebon yang tersohor seantero negeri lebih tua dari Kerajaan Cirebon sendiri. Bahan masakan yang terbuat dari udang kecil atau rebon ini konon ada sejak zaman Kerajaan Singapura.

Kerajaan Singapura merupakan salah satu kerajaan yang berdiri di Cirebon.

"Terasi itu ada sebelum Kerajaan Cirebon berdiri. Jadi kemungkinannya terasi ada sejak zaman Kerajaan Singapura," kata sejarawan Cirebon, Opan Safari di Cirebon, Jawa Barat, Senin (13/6/2016).

Dia mengatakan, peristiwa monumental masa kejayaan terasi Cirebon, yakni pada 1415. Saat itu, Kerajaan Singapura kedatangan pasukan besar dari negeri Tiongkok yang dipimpin langsung oleh Laksamana Cheng Ho.

Kedatangan Cheng Ho di Cirebon cukup lama, yakni tujuh hari tujuh malam.

"Kedatangan Cheng Ho, selain misi penyebaran Islam juga ada misi lain, seperti barter komoditas yang ada di Cirebon dengan yang dibawa dari Tiongkok," papar Opan.

"Selain itu Cheng Ho juga memberikan pengetahuan tentang kesyahbandaran atau teknologi kapal dan pelabuhan dengan didirikannya mercusuar pertama di Pelabuhan Muara Jati," sambung dia.

Dia menyebutkan, dua akulturasi budaya, yakni Tiongkok dan pribumi Cirebon saat itu sangat harmonis. Salah satu yang dibarter dengan Tiongkok, yakni terasi Cirebon.

Asal Mula Kerajaan Cirebon

Hingga memasuki 1445, seseorang dari Kerajaan Singapura, yakni Pangeran Cakrabuana atau Mbah Kuwu Cirebon mendirikan padukuhan pertama bernama Cirebon.

Pangeran Cakrabuana yang salah satu profesinya adalah pencari udang tersebut mengolah sedemikian rupa terasi menjadi lebih bernilai.

"Sejak saat itu terasi olahan Pangeran Cakrabuana sangat dikenal dan mampu membawa nama Cirebon diangkat menjadi Ketumenggungan oleh Kerajaan Padjadjaran," cerita Opan.

Ia menceritakan, kenikmatan terasi Cirebon juga membuat Pangeran Cakrabuana diangkat menjadi Tumenggung Kelimangana di bawah kekuasaan Kerajaan Padjadjaran. "Saat itu Cirebon harus membayar upeti kepada Padjadjaran berupa garam dan terasi," ucap sang sejarawan.

"Upetinya dikirim ke Desa Balerante Kecamatan Palimanan setelah itu dibawa ke Rajagaluh dan diteruskan ke Bogor," tutur dia.  

Hingga saat ini, terasi Cirebon masih digemari oleh masyarakat pribumi maupun wisatawan. Aroma khas udang rebon menjadi saksi bisu perjalanan sejarah Cirebon.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini