Sukses

Sunardi, Guru Keren di Timur Pulau Jawa

Melalui program Sagu Sapo dan Samu Sapo, 172 guru serta 1.654 murid diajak menanam satu pohon bakau di pesisir pantai Probolinggo.

Liputan6.com, Probolinggo - Dalam bahasa Sanskerta, Probo memiliki arti sinar, sedangkan Lingga berarti tanda perdamaian. Jika digabungkan, Probolingga atau Probolinggo memiliki arti sinar sebagai sebuah tanda perdamaian.

Terletak di Provinsi Jawa Timur, Kota Probolinggo menjadi jalur utama pantai utara yang menghubungkan Pulau Jawa dengan Pulau Bali. Namun, kota yang kaya akan potensi pariwisata ini memiliki tantangan dalam bidang pendidikan dan kesadaran akan pentingnya pelestarian lingkungan.

Keadaan ini membangkitkan semangat Sunardi yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Probolinggo, untuk melakukan inovasi demi menyelenggarakan pendidikan yang berkelanjutan.

Ayah empat anak itu belum lama ini memperkenalkan sebuah program yang diberi nama Sagu Sapo. Kepanjangan dari Satu Guru Satu Pohon.

Melalui program ini, sebanyak 172 guru dari berbagai sekolah di Probolinggo diajak untuk menanam satu mangrove atau pohon bakau di pesisir pantai wilayah tersebut. Selain guru, siswa-siswi di 20 sekolah ini juga diajak untuk menanam pohon, melalui gerakan Samu Sapo (Satu Murid Satu Pohon), yang mengikutsertakan 1.654 peserta.

"Selain penanaman pohon mangrove untuk tujuan konservasi alam, kesadaran untuk merawat alam dan lingkungan juga perlu dibentuk. Kebanyakan warga tahu cara membuat, namun sangat sukar untuk merawat," ucap Sunardi dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Kamis 26 Mei 2016.

Menjawab tantangan ini, sebuah program bernama Jumpa Berlian (Jumat Pagi Bersihkan Lingkungan Anda) menjadi solusinya. Melalui program ini, pria yang gemar joging ini mengajak siswa-siswi di Probolinggo untuk bekerja sama membersihkan lingkungan sekolah mereka.

Prakarsai Pembuatan Biofuel

Di samping kegiatan pelestarian dan kebersihan lingkungan dengan menggandeng berbagai sekolah di Probolinggo, Sunardi juga memprakarsai pembuatan peralatan tenaga surya yang mengalirkan energi listrik di berbagai sekolah.

Selain itu, dengan bekerja sama dengan warga sekitar yang banyak beternak sapi, Sunardi berhasil membuat biofuel yang dihasilkan oleh kotoran sapi. Di mana 20 kilogram kotoran sapi dapat menghasilkan energi panas yang bisa digunakan untuk memasak skala besar selama tiga jam.

"Saya ingin menciptakan kemandirian energi. Energi baru yang diciptakan ini harus dapat dinikmati masyarakat secara langsung dan juga ramah lingkungan. Pembinaan ke masyarakat dan berbagai sekolah merupakan sebuah tantangan yang besar di awal. Menciptakan pemahaman dan pemikiran yang sama menjadi kunci keberhasilan proyek ini," Sunardi menjelaskan.

Pembuatan biofuel ini, bisa menghasilkan penghematan tagihan listrik bulanan tiap sekolah. Semula, setiap sekolah harus membayar tagihan listrik Rp 28.000.000 hingga Rp 30.000.000 setiap bulannya. Kini, terjadi penurunan biaya hingga 42 persen menjadi Rp 16 juta-Rp 17 juta per bulan.

"Saya bangga bahwa sejak tahun 2010, Kota Probolinggo telah dianugerahi gelar Kota Adiwiyata karena dinilai telah turut melaksanakan upaya-upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi saat ini, maupun yang akan datang," tutur Sunardi.

Menurut Sunardi, dahulu masih banyak sekolah yang kumuh. Namun saat ini, banyak sekolah yang sudah semakin hijau dan sebanyak 20 sekolah telah memenangkan Penghargaan Sekolah Adiwiyata.

Raih Penghargaan

Oleh karena komitmen dan kontribusi nyata tersebut, Sunardi belum lama ini dianugerahi penghargaan Local Hero kategori Pertamina Cerdas oleh PT Pertamina (Persero), pada tahun 2014 lalu.

Pertamina menilai, apa yang telah dilakukan Sunardi sangat menginspirasi khalayak luas, untuk mulai peduli terhadap lingkungan serta menciptakan energi baru terbarukan.

Untuk mendukung program ini, pada tahun 2014, Pertamina memberikan bantuan dana yang mendukung SMK Negeri 2 Probolinggo untuk menerima dan mengajar 87 siswa kurang mampu dari Papua dan melanjutkan kuliah.

"Ke depannya, sinergi dengan berbagai lembaga swadaya masyarakat dan pemerintah menjadi hal yang krusial untuk terus menumbuhkan kelompok-kelompok yang peduli terhadap lingkungan," ujar Sunardi.

Komitmen Sunardi adalah membawa semangat dan sinar baru bagi Probolinggo dan Indonesia.
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.