Sukses

Air Pembersih Jiwa untuk Waisak dari Umbul Jumprit

Ada delapan majelis yang mengikuti ritual pengambilan air berkah untuk pembersih jiwa saat Waisak.

Liputan6.com, Temanggung - Puluhan biksu mengambil air berkah di Umbul Jumprit, lereng Gunung Sindoro, Desa Tegalrejo, Kabupaten Temanggung, Jumat, menjelang perayaan Waisak 2560 BE/2016 tingkat nasional di Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Sebelum mengambil air, masing-masing majelis melakukan puja bakti di altar yang telah disiapkan di kompleks Umbul Jumprit.

Ada delapan majelis yang mengikuti ritual pengambilan air berkah, yakni Sangha Theravada, Tantrayana, Tridharma, Kasogatan, Mahayana, Mapanbumi, Madhatantri, dan Mahanikaya.

Wakil Ketua Panitia Pengambilan Air Berkah Waisak 2016 Martinus Nata, dilansir Antara,  mengatakan  persiapan pengambilan air berkah pada 8-15 Mei 2016 dimulai dengan pembersihan dan pengecatan ulang area Umbul Jumprit.

Pada 18 Mei 2016, sebanyak 12.000 botol diisi air berkah yang kemudian akan disemayamkan di Candi Mendut. Dari Candi Mendut, air berkah akan dibawa menuju Candi Borobudur untuk sarana puja kepada para dewa dan bodhisattva.

Sesuai dengan tradisi umat Buddha Indonesia sejak masa lalu, air berkah itu akan dibagikan kepada umat Buddha.

Sekretaris Dirjen Bimas Buddha Chaliyadi yang menghadiri pengambilan air berkah di Jumprit mengatakan bahwa pengambilan air berkah merupakan rangkaian dari Trisuci Waisak.

Ia menuturkan bahwa makna air suci merupakan salah satu unsur untuk membersihkan jiwa manusia. Selain itu, air juga merupakan pegangan hidup manusia sehingga harus disyukuri.

Chaliyadi mengatakan pada hari Trisuci Waisak, umat Buddha Indonesia sekaligus merayakan tiga peristiwa suci di dalam riwayat hidup Sang Buddha Gautama, yaitu peringatan hari kelahiran Sang Pangeran Sidharta Gautama pada saat Purnamasidi pada bulan Waisaka 623 SM di bawah pohon Sala di Taman Lumbini.

Peringatan hari Sang Pangeran Sidharta berhasil mencapai penerangan sempurna dan menjadi Buddha di bawah pohon bodhi juga saat purnamasidi pada bulan Waisaka pada usia 35 tahun dan peringatan hari Sang Buddha Gautama wafat mencapai parinirwana saatnya sama ketika purnamasidi pada bulan Waisaka di bawah pohon sala kembar pada usia 80 tahun.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.