Sukses

8 Gunung Ini Jadi Korban Ulah Pendaki Pemula

Masalah utama yang ditemukan adalah timbunan sampah plastik di sejumlah gunung di Indonesia.

Liputan6.com, Malang – Hasil survei Komunitas Sapu Gunung dan Mahasiswa Pencinta Alam (Mapala) dari sejumlah perguruan tinggi menemukan minat masyarakat untuk mendaki gunung meningkat. Sayang, kehadiran pendaki itu menimbulkan masalah di kawasan pegunungan.

Masalah utama yang ditemukan adalah timbunan sampah plastik di sejumlah gunung di Indonesia. Mereka menuding para pendaki pemula sebagai orang yang bertanggung jawab atas tumpukan sampah yang sulit terurai itu.

"Riset kami menunjukkan minat naik ke gunung dalam tiga tahun terakhir ini sangat tinggi. Sayangnya itu tak dibarengi dengan kesadaran perilaku di atas gunung," kata Koordinator Komunitas Sapu Gunung, Syaiful Rochman di Malang, Jawa Timur, Kamis, 28 April 2016.

Survei digelar komunitas itu pada 10 taman nasional gunung dan lima gunung di Indonesia pada 11-24 April 2016. Sejauh ini, proses survei telah selesai di delapan gunung.

Hasil survei mengungkap ada 453 ton sampah yang dihasilkan oleh 150.688 pendaki tiap tahunnya. Dari total timbunan sampah itu, 53 persen atau setara 250 ton sampah di antaranya adalah sampah plastik.
 


Berdasarkan survei, pendaki gunung terbagi dua jenis, yakni mereka yang bergabung dalam kelompok pencinta alam dan mereka yang berangkat sendiri tak berasal dari pencinta alam. Kelompok terakhir inilah yang paling berbahaya karena mereka minim dibekali pengetahuan bagaimana harus berperilaku di gunung.
 
"Mereka membuang sampah seenaknya, mengabaikan kelestarian lingkungan. Pendaki seperti inilah yang paling berbahaya," tutur Syaiful.
 
Sejauh ini, gunung yang telah disurvei itu antara lain Taman Nasional Kerinci Seblat, Taman Nasional Gunung Rinjani, Taman Nasional Gede Pangrango, Taman Nasional Gunung Merbabu, Taman Nasional Gunung Merapi, Gunung Sindoro, Gunung Argopuro dan Gunung Prau.
 
Adapun yang masih dalam proses survei adalah Taman Nasional Gunung Ciremai, Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Taman Nasional Halimun Salak, Gunung Sumbing, Gunung Papandayan, Gunung Bawakaraeng, dan Gunung Halau Halau.
 
Komunitas Sapu Gunung juga tak merekomendasikan penyediaan bak sampah di kawasan gunung. Opsi itu dianggap tidak akan mengubah pola pikir para pendaki yang seharusnya membawa turun kembali sampah yang mereka hasilkan.
 
Kepala Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jhon Kennedie mengakui selama pengawasan terhadap barang bawaan pendaki yang menghasilkan sampah belum maksimal.
 
"Kami akui pengawasan selama ini belum maksimal. Petugas kami hanya 24 orang, tentu kesulitan mengawasi 55 ribu hektare area taman nasional. Para pendaki itu sendiri harusnya lebih sadar," ujar Jhon.
 
Meski demikian, saat ini BB TNBTS masih merumuskan kebijakan yang tepat mengantisipasi masalah sampah di pegunungan. Misalnya, mewajibkan pendaki membawa kantong plastik dan harus membawa turun lagi sampah mereka dengan kantong itu. Selain itu juga merencanakan membuat zona khusus untuk sampah.
 
"Masih kami kaji bagaimana formatnya yang tepat. Kami akui selama ini belum ada pendataan resmi berapa banyak sampah di taman nasional ini, terutama yang dihasilkan dari pendaki tiap tahunnya," ucap Jhon.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.