Sukses

Jutaan Ikan Mati di Timika, Pernyataan Freeport Dipertanyakan

Selain pencemaran limbah, kematian ikan bisa disebabkan menipisnya oksigen.

Liputan6.com, Jayapura - PT Freeport Indonesia sudah memberikan penjelasan terkait matinya jutaan ikan di Sungai Amaima, kawasan tanggul barat area perusahaan tambang asal Amerika Serikat itu. Namun, pernyataan itu dipertanyakan lembaga lingkungan hidup Greenpeace Papua.

Koordinator Greenpeace wilayah Papua, Charles Tawaru menduga kuat penyebab jutaan ikan mati itu karena pencemaran air dari proses pertambangan di sekitar sungai tersebut.

"Jika disebutkan fenomena alam, yang dimaksud fenomena alam ini seperti apa? Ini tak rasional, kami tak memahaminya jika disebut fenomena alam," ujar Charles di Jayapura, Papua, Selasa, 19 April 2016.

Meski begitu, Charles menyatakan siapa pun yang bersimpati dengan masalah ini harus mencari tahu sebab pasti kematian jutaan ikan di Mimika. Hal itu demi keberlangsungan hidup masyarakat adat setempat, agar tak lagi terulang di kemudian hari.

"Hasil laboratorium sampel air sungai dan ikan yang mati, seharusnya juga diumumkan ke publik, untuk diketahui secara luas," ucap Charles.

Sehari sebelumnya, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Papua menurunkan tim peneliti untuk mengambil sampel air sungai dan ikan yang mati.

"Seharusnya sore ini bisa diterima hasilnya, tetapi kami belum mendapatkan laporan dari tim yang berada di Timika. Kami belum menyimpulkan penyebab kematian jutaan ikan ini," kata Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan FX Mote di Jayapura.

Menurut Mote, ada tiga kemungkinan penyebab kematian mendadak jutaan ikan mendadak, yakni menipisnya oksigen, kekurangan plankton sebagai sumber makanan dan dugaan pencemaran karena limbah Freeport.

"Kami menduga ikan mati karena fenomena alam, sebab pernah terjadi juga di Ancol dan di Jepang. Tetapi, kami masih memastikan penyebab kematian ikan ini," ujar Mote.

Dinas Perikanan dan Kelautan Papua mengklaim jenis ikan yang mati bukan jenis ikan lokal, tetapi ikan tersebut tak pernah mendiami Sungai Amaima.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini