Sukses

Sudah 5 Hari Bojonegoro Disembur Lumpur Bercampur Air

Lumpur dan air yang keluar hanyalah sedikit dengan debit sekitar 1 liter per detik.

Liputan6.com, Bojonegoro - Sudah 5 hari semburan lumpur bercampur air terjadi di Desa Jari, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur. Namun begitu, semburan lumpur tersebut diklaim tidak berbahaya bagi warga.

Seperti diungkapkan ahli tektonik dari Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta Dr Jatmiko Setiawan.

"Disimpulkan bahwa yang keluar di kawasan tersebut sebenarnya hanya gas dan tidak akan terjadi seperti kejadian di Lapindo Sidoarjo," kata Jatmiko seperti dikutip dari laman Antara, Senin (11/4/2016).

Dia mengaku pernah meninjau lokasi di Kecamatan Gondang itu. Jatmiko menjelaskan, ada gas yang keluar dari daerah itu yang mengandung belerang dan hidrogen sulfida (H2S). Namun konsentrasinya tidak terlalu besar.

Dan jika tidak dalam kondisi musim hujan, maka yang keluar dari daerah itu hanyalah gas. Tanpa air dan lumpur.

"Dimungkinkan keluarnya gas hanya kecil. Jika disulut api dan selalu keluar gas, maka api tidak pernah akan padam," ujar dia.

Lumpur dan air yang keluar, kata Jatmiko, hanyalah sedikit dengan debit sekitar 1 liter per detik.

Secara ilmiah, menurut dia, terjadinya kawasan Bojonegoro disebabkan lempeng India-Australia, menumbuk Jawa, sekitar 3 juta tahun lalu. Akibat tumbukan itu terbentuklah lipatan-lipatan batu di Bojonegoro, salah satunya antiklin Selo Gajah.

Bersamaan dengan terbentuknya lipatan tersebut terjadilah intrusi andesit, yang selanjutnya tertutup secara tidak selaras oleh batu lempung Formasi Kalibeng.

Formasi Kalibeng juga terkena tektonik Pleistosen, sekitar 1,6 juta tahun lalu dan terlipat serta secara keseluruhan Bojonegoro akhirnya yang semula laut berubah menjadi daratan.

"Pada titik perpotongan tersebut terjadilah kebocoran gas yang terjadi saat ini," papar dia.

Kasi Trantib Kecamatan Gondang, Bojonegoro, Eko Wage menjelaskan, sebelum muncul semburan air bercampur lumpur dan gas di desa setempat pernah terjadi gempa secara berturut-turut selama dua pekan.

"Kejadiannya dua bulan lalu," ucap dia.

Sesuai perhitungan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat bahwa semburan lumpur bercampur air yang terjadi di empat lokasi di satu kawasan sejak lima hari lalu itu debitnya sekitar 1 liter per detik.

Debit air itu masuk ke Kali Keramat di desa setempat yang selanjutnya masuk ke Kali Gondang, sebelumnya akhirnya airnya ke Waduk Pacal. Seperti dipaparkan seorang petugas BPBD setempat.

"Air di Kali Keramat berwarna keruh bercampur lumpur, tapi di Kali Gondang masih jernih, sebab ada tambahan air dari Kali Senganten," tandas dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.