Sukses

Cerita Tragis Lorong Janda Makassar

Insiden maut lorong Janda berawal ketika para nelayan menyelam ke dasar laut hanya dengan selang.

Liputan6.com, Makassar - Jika di Aceh ada Kampung Janda, di Makassar ada Lorong Janda. Kampung Janda imbas dari pemberlakuan operasi Daerah Operasi Militer (DOM) di Aceh era 1990.

Adapun Lorong Janda di kota Daeng berada di Pulau Barrang Lompo, Kecamatan Ujung Tanah, tak jauh dari Kota Makassar. Ternyata ada cerita tragis di balik Lorong Janda ini.

Sampara, seorang tokoh masyarakat setempat, mengisahkan penisbatan asal muasal lorong janda. Berdasar cerita secara turun menurun, dahulu ada 100 nelayan warga Pulau Barrang Lompo meninggal dunia saat hendak menyelam untuk mengambil teripang di dasar laut.

Mereka yang tewas itu, kata dia, meninggalkan istri-istri yang harus tetap hidup untuk menafkahi keluarganya. Bahkan yang masih status gadis kala itu tak semuanya berhasil menemukan jodoh lagi.

"Sisanya harus hidup dan menjalani peran sebagai ibu sekaligus ayah bagi anak-anaknya. Merekalah yang mendiami lorong janda di Barrang Lompo," kata Sampara yang biasa disapa Haji Cang., kepada Liputan6.com, Kamis (7/4).

Para nelayan itu tewas saat menyelam di dasar laut ketika mengambil teripang. Haji Cang menuturkan bahwa nelayan yang menyelam itu menggunakan kompresor atau alat penyembur oksigen. Alat itu berbahaya bagi mereka saat berada di laut.

“Caranya selang dari kompresor dibawa oleh nelayan turun ke dasar laut. Biasanya mereka jepit alat itu di mulut kemudian dipakai untuk bernapas,” jelasnya.

Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW), Muhammad Abdi  mengaku adanya nelayan yang menyelam dengan kompressor. Tentu saja, udara yang dihasilkan pasti kotor. Hal itu sama saja dengan nelayan bermain-main dengan bahaya di dasar laut.

Sementara Daeng Rukka, warga Pulau Barrang Lompo mengaku biasanya kompresor itu dipakai untuk suplai udara agar bernafas yang disambung dengan selang sepanjang 150 meter.

Selang kemudian dibagi tiga kepada penyelam sekaligus dengan cara dipasang secara bercabang. Setelah masuk ke dalam laut dan mencari teripang di pasir atau yang terapung sepanjang jangkauan selang.

"Lebih dulu kita pakai kaca mata atau masker plastik untuk menyuplai udara dari kompresor melalui mulut. Dan kita menyelam dengan kedalaman hingga 20 meter selama setengah jam untuk kumpulkan teripang," jelasnya.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini