Sukses

Ironi Kesetiaan Dadong Rindu pada Anyaman Tikar Pandan

Tikar pandan buatan Dadong Rindu hanya dibayar Rp 15 ribu per lembar.

Liputan6.com, Jembrana - Perempuan penganyam tikar pandan itu akrab disapa Dadong Rindu (80). Dadong dalam bahasa Bali berarti 'nenek'. Tangan-tangan keriputnya tetap lincah menganyam pandan-pandan kering menjadi tikar yang cantik.

Meski berusia lanjut, perempuan yang bernama asli Ni Nyoman Senti itu masih sehat dan terlihat bugar. Setiap pagi hingga siang hari, Dadong Rindu menyusuri pesisir Pantai Yehembang yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Langkahnya diayunkan untuk mencari daun pandan berduri sebagai bahan dasar anyaman tikar.

"Tangan saya dan badan saya sering kena duri pandan. Tapi itu tidak apa karena saya sudah terbiasa. Hanya ini pekerjaan saya sehari-hari untuk menyambung hidup," kata Dadong Rindu kepada Liputan6.com, Selasa, 29 Maret 2016.

Perempuan yang tinggal sendiri di rumah berukuran 4x5 meter berkat bantuan dari PNPM itu bertutur menggunakan bahasa Bali yang halus. Ia bercerita bahwa keahliannya menganyam pandan didapatkan secara turun-temurun dari nenek moyangnya. Ia mulai membuat tikar sejak umurnya 12 tahun.


"Saya mulai membuat tikar dari daun pandan sejak saya berumur 12 tahun dan sekarang umur saya sudah 80 tahun. Pekerjaan itu tetap saya lakoni," ucap dia.

Tikar pandan buatan Dadong Rindu hanya dibayar Rp 15 ribu per lembar. (Liputan6.com/Dewi Divianta)

Dadong Rindu mengaku tikar buatannya tersebut biasa dijajakannya di Pasar Umum Desa Yehembang seharga Rp 15 ribu per lembar dengan ukuran tikar 1 x 1,5 meter. Dalam sehari, dia hanya bisa menghasilkan dua lembar tikar karena disambi dengan mengambil pekerjaan lain, seperti memasak dan mencuci. Terkadang, dia membantu tetangga untuk menambah penghasilan.

"Hasilnya memang tidak seberapa, tapi ini sudah tradisi leluhur kami dan wajib kami pertahankan. Zaman sekarang sangat sedikit yang menekuni pekerjaan sebagai pembuat tikar dari pandan," tutur Dadong Rindu.

Untuk membuat tikar pandan, Dadong Rindu harus melewati proses cukup panjang. Mulai dari mencari daun pandan, kemudian menghilangkan durinya untuk selanjutnya dijemur selama sepuluh hari. Jika daun pandan sudah kering barulah bisa dianyam.

"Pekerjaan ini memang sangat rumit, tapi saya senang melakukannya karena keahlian ini saya dapatkan dari leluhur," ungkap dia.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini