Sukses

Istri Polisi Pemutilasi Anak Minta Cerai 2 Pekan Sebelumnya

Pasca-pembunuhan anaknya yang diduga oleh sang suami, Petrus Bakus, Windri enggan makan.

Liputan6.com, Pontianak - Mata Ali Akbar berkaca-kaca. Sesekali ia tersenyum kecut. Ia merupakan abang ipar Windri, istri Brigadir Petrus Bakus, polisi yang diduga memutilasi anak kandung.

Saat ditemui di rumahnya yang terletak di Desa Pal, Kecamatan Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat, ia menceritakan terkait kondisi adik iparnya itu. Menurut dia, hingga kini keadaan adik iparnya belum maksimal.

"Waktu ke sini, dia nyanyi-nyanyi pelangi hingga hari Sabtu. Hari Minggu ini ada perkembangan. Yang jelas kami tidak mau membebani dia. Dia nyanyi (lagu) kesayangan anaknya," ucap Ali di Melawi, Minggu (28/2/2016).

Pasca-pembunuhan anaknya yang diduga oleh sang suami, Petrus Bakus, Windri enggan makan. Windri hanya minum air putih saja. "Dia sudah mau makan. Kemarin-kemarin belum mau makan," kata Ali.

Ia bersyukur,saat ini sudah ada yang datang tim dari psikologi Mabes Polri, Polda Kalbar, dan Provinsi Kalbar. Menurut dia, hal tersebut dapat meringankan beban adik iparnya itu.

"Ini baru sekarang ada yang menangani dari psikologi," imbuh Ali.

Keluarga Turut Terpukul

Ia bercerita, Windri sempat meminta ingin bertemu anaknya yang sudah tidak bernyawa itu. Kondisi psikis yang dialami Windri membuat keluarga turut terpukul.

"Di saat terakhir dia melihat anaknya, dia menyanyikan lagu 'Pelangi-Pelangi' waktu mayat dikafani. Pas dikuburkan juga dia nyanyi lagu 'Pelangi-Pelangi'. Itu membuat semua keluarga terpukul," ujar Ali dengan nada lirih.

Namun demikian, Ali bersama keluarga menyerahkan kasus atau permasalahan ini kepada pihak Polres Melawi. Ia meminta aparat kepolisian bekerja secara maksimal mengusutnya.

Kapolri membantah kecolongan mendeteksi kondisi kejiwaan Brigadir Petrus Bakus saat tes masuk Polri.

"Kita ikuti jalur hukum dulu dari Polres Melawi," kata Ali yang berharap kasus ini diusut tuntas.

Ia menjelaskan, untuk sementara Windri di rumah keluarga. Itu dilakukan guna penyembuhan kondisi psikologis Windri.

"Ini ada dari psikologi dari Mabes, dari Polda, dan provinsi. Sekarang sudah ngomong. Sementara ini dia tinggal di sini, enggak mungkin dia dipulangkan ke Banyuwangi. Karena kan dia masih hal-hal yang belum selesai di sini," ungkap Ali.

Kalaupun pulang ke Banyuwangi. Itu bukan solusi. Jadi, lebih baik di sini demi untuk penyembuhan," lanjut Ali.

Ia mengakui, memang selama ini Brigadir Petrus Bakus kurang harmonis dengan keluarga istrinya. Ia menganggap hal itu biasa terjadi dalam kehidupan keluarga.

Saya secara pribadi kurang harmonis sama Petrus Bakus, beda paham aja terkait pendapat. Dia biasa cekcok dalam keluarga mereka, itu biasa. Windri bilang ke saya begini, 'Bang, saya mungkin akan cerai, itu waktu lalu. Dua minggu kemudian, kejadian itu terjadi," beber Ali.

Suatu ketika, Ali pernah bertemu Bakus saat berpapasan di jalan. Pada saat itu, Bridadir Petrus Bakus membawa dua anaknya, Fabian (5) dan Amora (3).

"Dengan anak-anaknya baik. Dan sayang anak. Pas berpapasan di jalan, dia sering bawa anaknya. Saya tak menduga dia akan seperti itu (diduga memutilasi anak)," tutur Ali.

Brigadir Petrus Bakus tega memutilasi dua anak kandungnya yang masih balita. Meski tega melakukan hal itu, Bakus tidak menyesali perbuatannya (Liputan6.com/Raden AMP))

Hingga Minggu ini di Asrama Polres Melawi yang terletak di Gang Darul Falah, Kecamatan Nanga Pinoh, masih terlihat sepi. Hanya ada garis polisi dan sejumlah kendaraan roda terparkir depan teras rumah milik negara itu.

Kesunyian di asrama ini terlihat jelas. Burung-burung berkicau persis depan rumah dinas tersangka kasus mutilasi yang sehari-harinya sebagai anggota Satuan Intelijen Polres Melawi.

"Kami di sini tak menyangka kejadian sadis ini. Sudah tiga malam enggak bisa tidur. Kami enggak kenal dengan mereka. Katanya orang ini baik. Sama anaknya baik," ujar Nurhayati, tetangga Brigadir Petrus Bakus yang rumahnya berjarak 100 meter.

"Kami takut kalau dia (Brigadir Petrus Bakus tersangka pemutilasi anak) dikeluarkan. Saya minta dia dihukum seberat-beratnya atau dihukum mati saja," ucap Nurhayati,

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini