Sukses

Top 3: Benarkah Kerajaan Ular Semarang di Lawangsewu?

Simak Top 3 Regional edisi Sabtu sore, 27 Februari 2016.

Liputan6.com, Semarang - Terowongan bawah tanah dicurigai sebagai pusat habitat piton atau 'kerajaan ular' yang meneror warga Jalan Anggrek di pusat Kota Semarang, Jawa Tengah. Satu di antaranya terowongan bawah tanah di Gedung Lawangsewu. Benarkah demikian?

Selain itu, berita mengenai seorang binaragawan kabur dikejar pemilik restoran, turut menyita perhatian banyak pembaca di Liputan6.com, terutama kanal Regional hingga Sabtu (27/2/2016) sore.

Berikut berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional.

1. Kerajaan Ular Semarang di Lawangsewu?

Warga menemukan lagi seekor ular piton dari lahan kosong di Jalan Anggrek, Kota Semarang, Jawa Tengah. (Edhie Prayitno Ige/Liputan6.com)

Banyak warga memercayai adanya terowongan atau drainase bawah tanah berukuran raksasa di pusat Kota Semarang, Jawa Tengah. Terowongan bawah tanah itulah yang dicurigai sebagai pusat habitat piton atau 'kerajaan ular' yang meneror warga Jalan Anggrek di pusat Kota Semarang.

Menelusuri kabar burung itu, Liputan6.com mendatangi Gedung Lawangsewu yang menjadi salah satu ikon Kota. Dengan diantar Manajer Museum PT Kereta Api Indonesia (KAI)Semarang Sapto Hartoyo, Liputan6.com pun ditunjukkan terowongan yang dimaksud.

Menurut Sapto, isu mengenai drainase raksasa yang dibangun untuk menjaga agar Semarang tidak banjir memang pernah didengarnya. Bahkan terowongan bawah tanah di Gedung Lawangsewu disebut-sebut sebagai salah satu kanal.

"Ini masih mendingan kalau dianggap sebagai drainase raksasa. Pernah juga dikabarkan sebagai penjara bawah tanah. Tapi semuanya kok kayaknya meragukan," kata Sapto Hartoyo di Semarang, Jumat (26/2/2016).

Selengkapnya baca di sini...

2. Binaragawan Ini Kabur Dikejar Pemilik Restoran

Setiap pria pasti ingin memiliki tubuh berotot dan six pack karena dianggap seksi dan mampu menarik perhatian kaum hawa.

Punya tubuh kekar dan berotot bukan berarti tak punya takut. Ini yang terjadi pada I Gede Darma Susilo (25), seorang binaragawan di Palembang, Sumatera Selatan.

Susilo adalah atlet binaraga dari Osbodn Gym yang terletak di kawasan Jalan Rajawali, Palembang. Merasa nyawanya terancam, ia melapor ke SPK Terpadu Polresta Palembang, Jumat (26/2/2016).

Ia diancam dan dikejar dengan pedang katana oleh pemilik restoran yang berada persis di sebelah sanggar Gym, pada Jumat (26/2/2016) dini hari. Di sanggar itu ia menjadi trainer.

Kejadian bermula saat Susilo menegur Ed, pemilik restoran di sebelah Gym yang menghidupkan musik dengan cukup keras. Diduga tak terima, Ed bersama sekitar 5 orang temannya langsung mengejar Susilo sembari mengancam dengan pedang kaum samurai tersebut.

Korban juga dilempar dengan kursi kafe dan botol minuman keras. Bahkan, saat korban mencoba masuk ke sanggar Gym, pelaku dan teman-temannya masih terus mengejar dan merusak pintu depan dan bel.

Selengkapnya baca di sini...

3. Anak Korban Mutilasi Polisi Dimakamkan dalam Satu Liang

Brigadir Petrus Bakus tega memutilasi dua anak kandungnya yang masih balita. Meski tega melakukan hal itu, Bakus tidak menyesali perbuatannya (Liputan6.com/Raden AMP))

Tanah merah di atas kuburan terlihat jelas. Satu nisan dua nama tertancap di atasnya. Fabian (5) dan Amora (3). Keduanya adalah korban mutilasi yang dilakukan ayah kandungnya yang diduga mengidap skizofrenia.

Keduanya dimakamkan Jumat malam, sekitar pukul 23.00 Wita, di pemakaman muslim, Jalan Tengah, Gang Tapang, Desa Pal, Kecamatan Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, Provinsi Kalimantan Barat.

"Jam 11 malam dikuburkannya. Kakak beradik. Banyak anggota polisi datang ke sini. ‎ Ada juga sejumlah pejabat Pemkab datang‎ ke sini," kata Sukardi, warga yang tinggal tidak jauh dari tempat pemakaman umum, ditemui Sabtu (27/2/2016).

Selengkapnya baca di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.