Sukses

Top 3: Adakah Kerajaan Ular di Bawah Kota Semarang?

Simak Top 3 Regional edisi Jumat sore, 26 Februari 2016.

Liputan6.com, Semarang - Munculnya puluhan ekor ular piton berbagai jenis di perkampungan pusat kota Semarang memunculkan berbagai spekulasi. Salah satunya isu kerajaan ular di bawah kota. Benarkah demikian?

Selain itu, 3 aksi kontroversial Pasha Ungu saat menjabat Wakil Wali Kota Palu, turut menyita perhatian banyak pembaca di Liputan6.com, hingga Jumat sore, 26 Februari 2016.

Berikut ulasan berita-berita terpopuler yang terangkum dalam Top 3 Regional.

1. Benarkah Ada Kerajaan Ular di Bawah Kota Semarang?

Ilustrasi Ular (iStockphoto)

Sebagian masyarakat mengaku pernah mendengar adanya terowongan drainase buatan Belanda yang menghubungkan Lawangsewu-SMAN 1 Semarang-Benteng Pendem. Drainase itulah yang dicurigai sebagai kerajaan ular. Ketika tempat mereka penuh, ular-ular itu keluar mencari habitat baru.

"Saya pernah mendengar ada terowongan di Lawangsewu, Rumah Sakit Kariadi, SMAN 1 dan Benteng Pendem, mungkin karena tak berfungsi lagi," kata Chandra, warga Jalan Anggrek, Semarang, Jawa Tengah, kepada Liputan6.com, Kamis 25 Februari 2016.

Sejarawan Kota Semarang Jongkie Tio menampik dugaan tersebut. Menurut dia, lorong bawah tanah itu belum tentu saluran drainase karena hingga kini belum pernah ditemukan lorong yang saling berhubungan itu.

Selengkapnya baca di sini...

2. Aksi Kontroversial Pasha Ungu Saat Jabat Wakil Walkot Palu

 Sigit Purnomo Said atau akrab disapa Pasha Ungu mengggandeng erat tangan istrinya Adelia Pasha usai dilantik menjadi Wakil Wali Kota Palu periode 2016-2021 di halaman kantor itu, Rabu (17/2). (Liputan6.com/Dio Pratama)

Sejumlah artis terjun ke dunia politik dan berhasil terpilih menjadi wakil rakyat atau pejabat daerah. Dari hasil pilkada serentak 2015 lalu, beberapa artis tercatat sukses, seperti Zumi Zola yang jadi Gubernur Jambi dan Sigit Purnomo Said alias Pasha Ungu yang jadi Wakil Wali Kota Palu, Sulawesi Tengah.

Pasha terpilih mendampingi Hidayat dengan dukungan Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Amanat Nasional. Pasha langsung menarik perhatian khalayak Tanah Air di hari-hari pertamanya bertugas. Bukan karena gebrakan kebijakannya, tapi karena aksi-aksi personalnya di depan publik yang memancing kontroversi dan perhatian orang banyak.

Berbeda ketika masih jadi artis, tingkah laku Pasha Ungu setelah jadi pejabat publik saat ini tentu akan lebih disorot. Hal ini terkait pertanggungjawabannya terhadap publik sekaligus perannya jadi panutan di daerahnya.
Selengkapnya baca di sini...

3. Legenda Penari Lengger dan Jejak LGBT di Serat Centhini

Dariah maestro Lengger Lanang dari Banyumas (Liputan6.com/Aris Andrianto)

Sejarah kesenian di Banyumas tak lepas dari wacana transgender. Terutama kesenian lengger lanang. Tarian khas Banyumas ini dimainkan oleh laki-laki yang mengubah dirinya menjadi perempuan secara utuh dalam keseharian.

Sejarah transgender di Banyumas tercatat sejak abad ke-18. Kala itu Mangkunegaran VII memerintahkan tiga sastrawan untuk berkeliling Jawa. Mereka diperintahkan untuk menulis kehidupan penduduk Jawa saat itu.

Tiga sastrawan itu singgah di Banyumas dan menjumpai kesenian Lengger Lanang Banyumas. Kisah mereka belakangan tertulis dalam Serat Chentini, kisah tentang Jawa.

Kini, ratusan tahun kemudian, Dariah, 88 tahun, masih menari lengger. Dariah merupakan penari lengger lanang terakhir yang masih hidup. Ia menjalankan ritual yang komplit untuk bisa menjadi penari lengger.

Selengkapnya baca di sini...

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.