Sukses

Super, Berat Alpukat Ini Mencapai 1,8 Kg

Selain berukuran jumbo, daging buah alpukat itu tebal, lembut, gurih dan sedikit manis.

Liputan6.com, Semarang - Enam belas tahun lalu, Turmanto, warga Bandungan, Kabupaten Semarang, berjalan-jalan sore. Matanya tiba-tiba tertuju pada sebatang pohon alpukat tua berbuah lebat. Walau penasaran, ia ragu mendekat karena pohon tersebut berada di halaman Hotel Wina.

Beberapa waktu berlalu, Turmanto menemukan biji buah alpukat yang tertinggal dari buah yang jatuh dan membusuk. Nalurinya mengarahkannya agar ia menanam biji itu. Ia tertarik karena ukuran buah alpukat itu di atas standar alias jumbo.

Setelah biji yang ditanamnya tumbuh, Turmanto mengabari kabar bahagia itu kepada sesama petani di Kelompok Tani Alpukat Berkah Jaya. Sejak itu, buah alpukat jumbo mulai dikembangbiakkan. Buah itu kemudian dinamai Alpukat Wina sesuai lokasi penemuannya.

Menurut Ketua Kelompok Tani Alpukat Berkah Jaya, Muhammad Saryono, awal pengembangan difokuskan pada percepatan masa berbuah. "Kita sedang dalam puncak semangat belajar teknik micro cutting untuk memperbanyak bibit dari varietas yang unggul," kata Saryono kepada Liputan6.com, Sabtu (13/2/2016).  


Saryono menjelaskan, micro cutting adalah teknik memperbanyak tanaman secara vegetatif yang memungkinkan bagian tanaman memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman lengkap. Kelebihan teknik itu adalah dalam waktu singkat menghasilkan bibit dalam jumlah besar dan mempunyai sifat yang identik dengan induknya.

"Nah, dari situ kita melihat indukan paling unggul adalah alpukat di halaman Hotel Wina itu," kata Saryono.

Percobaan teknik micro cutting itu melewati puluhan kali percobaan. Setelah serangkaian uji coba, kelompok tani itu berhasil meregenerasi alpukat Wina seperti yang diharapkan. Yakni, buah alpukat berukuran jumbo, berdaging tebal, lembut, gurih dan sedikit manis.

"Berat terbesar yang pernah saya temui, mencapai 1,8 kilogram lebih. Hampir 2 kg. Sedangkan yang terkecil 1,4 kilogram," kata Indra Dewi, staf konsultan pemasaran yang digandeng petani untuk mempopulerkan alpukat Wina.

Dewi menerangkan, generasi pertama alpukat Wina sudah berusia 14 tahun. Satu pohon alpukat itu bisa menghasilkan 1 ton alpukat.

Dengan kelebihan yang dimiliki, alpukat Wina kini mulai diekspor ke sejumlah pasar dunia. Utamanya Singapura dan Belanda.

"Alpukat Wina ini dari petik hingga matang bisa bertahan sampai 12 hari, sehingga tidak masalah untuk pengiriman jarak jauh," kata Indra.

Kini, ia bersama petani merintis desa wisata buah di Desa Diwak, Kabupaten Semarang, sebagai wadah promosi alpukat Wina sekaligus destinasi wisata kuliner baru bagi warga.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini