Sukses

Ajaibnya Air Terjun Alami di Semarang

Untuk menuju air terjun alami ini, pengunjung hanya bisa menempuh dengan berjalan kaki melalui jalan setapak.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai sebuah kota di pesisir pantai utara, Semarang ternyata memiliki air terjun yang tak kalah indah dengan daerah wisata yang memiliki banyak air terjun seperti Bogor.

Meski tidak setinggi air terjun yang ada di dataran tinggi atau kawasan daerah pegunungan, air terjun yang biasa disebut warga sekitar dengan sebutan Curug Wadas Malang ini, terbukti cukup memikat masyarakat yang hidup di kawasan kota.

Curug Wadas Malang memiliki ketinggian kurang dari lima meter, atau hanya sekitar dua atau tiga kali tinggi orang dewasa, namun air terjun ini murni bentukan alam.

Hingga kini, air terjun tersebut belum dieksploitasi sehingga keberadaannya masih nyaman dan natural. Airnya yang bening membelah tumpukan bebatuan sungai.

Secara geografis, Curug Wadas Malang berada di desa Plumbon, Kelurahan Wonosari, Semarang Barat, Jawa Tengah. Akses menuju lokasi tergolong mudah karena jalan masuk ke lokasi berada di jalur pantura.

Suranto, warga Plumbon bercerita bahwa sampai saat ini memang akses masuk lokasi masih berupa jalan setapak. Hal itu selain karena memang keberadaan Curug Wadas Malang tak dieksploitasi sebagai obyek wisata, juga karena harus melalui hutan jati milik Perum Perhutani.



Selain itu, di hutan tersebut juga terdapat sebuah kuburan yang dikabarkan berisi korban pembantaian peristiwa 1965.

"Warga memang memasang beberapa petunjuk arah, namun jumlahnya tak seberapa," kata Suranto di Semarang, Sabtu (19/12/2015).

Untuk menuju lokasi memang harus melewati jalan setapak yang hanya bisa dilalui sepeda motor, sepeda atau jalan kaki. Lingkungan berupa hutan jati itu menjanjikan kesegaran udara. Itu baru jalan menuju lokasi.

Ketika sampai lokasi, mata kita akan langsung tertuju pada deretan bebatuan raksasa di sekitar air terjun itu. Karena tak begitu tinggi itulah, maka batuan raksasa yang berada di atas air terjun itu sering dimanfaatkan sebagai tempat untuk melompat sebelum terjun ke air terjun itu.

Sementara itu di bagian bawah aliran air terjun, ada bangunan tua yang besar dan tinggi. Bangunan itu tak sendiri, namun ada bangunan lain yang sudah runtuh.

"Kalau melihat bentuknya mirip jembatan. Ini sudah ada sejak dulu. Mungkin sejak zaman Belanda," kata Warsit, warga yang biasa mencari rumput di sekitar lokasi.

Jernihnya air menjadikan pemandangan biota air tawar menjadi jelas terlihat. Ikan wader, gobi, tawes, bahkan udang juga terlihat jelas.

Bahkan yang sering mengejutkan sekaligus bisa menjadi bonus juga, karena masih berada di hutan, sesekali akan terlihat kucing hutan, ayam hutan, biawak, ular, dan satwa-satwa liar lainnya.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.